
Wasilam atau yang biasa dikenal Masjid Dagan masih berdiri kokoh.
(foto ruh)
BANJARNEGARA (BanyumasNews.Com) – Bagi sebagian masyarakat Kabupaten Banjarnegara, nama Masjid Iradatul Wasilam, atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Dagan sudah tidak asing lagi. Selain dipercaya sebagai tempat kali pertama agama Islam dikenalkan kepada warga Banjarnegara, masjid yang berjarak sekitar 20 kilometer arah barat laut ibukota kabupaten tersebut memiliki sejumlah keganjilan yang sulit diterima akal sehat.
Kejadian di luar akal sehat pernah terjadi pada saat akan dilakukan
rehab pada tahun 1975. Warga yang sebelumnya sudah sepakat akan
memperbesar bangunan akhirnya mengurungkannya. Patok pelebaran masjid yang telah diukur oleh tukang batu kembali ke lokasi semula. Meski diulangi beberapa kali, patok tersebut tetap kembali ke titik ukuran awal dengan sendirinya.
Dengan kejadian tersebut akhirnya warga berpendapat kalau Sunan
Giri Wasiat, selaku pendiri masjid tidak mengijinkan masjid diperluas. Rehab masjid akhirnya hanya mengganti beberapa bagian yang rusak dan beberapa tambahan fasilitas tempat wudlu. Adapun kubah dan empat saka guru masih asli masih asli.

ruh)
Namun demikian, meski banyak bagian yang telah diganti, secara keseluruhan masjid ini masih mempertahankan bentuk aslinya. Satu komponen masjid yang tetap dipertahankan adalah kubah atau mahkota yang berada pucuk menara .
Keanehan lain juga pada sejumlah barang-barang pribadi milik Sunan
Giri Wasiat yang hingga kini masih ada dan tersimpan di masjid
tersebut. Yakni, baju jubah, kitab stambul, sandal dari kayu dan
tasbih yang disimpan di dalam kubah masjid. Warga setempat mempercayai kalau barang-barang tersebut mempunyai kekuatan ghaib.
Meskipun hanya disimpan dan tidak dilakukan perawatan yang baik,
anehnya kondisi benda-benda yang telah berusia ratusan tahun tersebut masih baik. Warna jubah masih bagus dan berbau wangi.
Keganjilan lain, ketika dicuri orang barang-barang tersebut dikembalikan lagi oleh si pelaku. Padahal, tidak satupun warga mengetahui kejadian tersebut karena tidak ada kerusakan pada tempat penyimpanan. ”Warga tahu barang itu dicuri setelah pelaku datang mengembalikan barang dan sekalian minta maaf. Orang itu mengaku tak kuat memegangnya,” kata takmir masjid, Muhsini.
Muhsini juga bercerita sebelumnya, di samping masjid ini terdapat
dua buah peningalan yakni berupa pohon dan batu yang dulunya digunakan sebagai tempat istirahat sunan usai mengajari santrinya.
Dalam batu itu tergambar jelas letak pinggul dan tangan karena sering digunakan untuk duduk. Saat ini batu itu sudah tak terlihat lagi karena di atas batu sudah dibangun rumah oleh pemiliknya.
Adapun pohon merupakan penjelmaan dari tingkat sang Sunan. Saat ini pohon ini tumbang (Ruhito).
Leave a Reply