BANJARNEGARA – Dieng Kayak mBiyen, begitu urai Slamet Sawijaya Humas Kelompok Penyelamat Lingkungan Wijaya Kusuma Dieng dengan logat khasnya ketika menerangkan visi kelompok ini secara sederhana kepada hadirin. Hal tersebut disampaikannya dalam rangka kegiatan Sosialisasi Penghijauan Dataran Tinggi Dieng oleh Kelompok Penyelamat Lingkungan Wijaya Kusuma di Desa Semangkung, Pejawaran, Selasa (05/10). “Visinya adalah menjadikan kawasan hijau di dataran tinggi Dieng kayak mbiyen” ujarnya.
Kayak mbiyen yang berarti seperti dulu, lanjutnya, mengartikan upaya penghijauan yang ditempuh sekarang mampu mengembalikan gambaran dataran Tinggi Dieng yang menghijau seperti dulu. masih hijau royo-royo dan kaya akan pepohonan. Kontras dengan masa tersebut, imbuhnya, kini hampir semua kawasan di Dieng tak tampak lagi pepohonan menghijau. Ini menimbulkan kekhawatiran akan datangnya bencana sepertinya halnya bencana longsor di desa si Jeruk Banjarmangu dan juga yang terjadi di Sitieng.
“Selain itu, pengalaman kesulitan mencari sumber mata air yang dialami masyarakat desa Karangtengah hingga memaksa kami menyalurkan pipa air puluhan kilometer dari tetangga kabupaten, menjadikan dorongan kuat kami untuk melakukan upaya gerakan penghijauan Dieng ini dengan serius dan sungguh-sungguh” katanya.
Upaya gerakan penghijauan yang murni tumbuh dari kesadaran masyarakat ini, juga merasakan keprihatinan ketika erosi di dataran tinggi Dieng ikut mengancam keberlangsungan waduk Panglima Besar Sudirman di Mrica. Di dalam forum tersebut, Slamet piawai menjelaskan logika sederhana yang berhubungan dengan ancaman bahaya erosi dan bahaya acanama sedimentasi waduk mrica. “Sekarang hampir seluruh kehidupan kita bergantung pada listrik. PB Sudirman menghasilkan listrik. Bila PB Sudirman mandeg operasionalnya karena sedimentasi, dari mana kita peroleh listrik” urainya dengan sederhana.
Oleh karena itu, lanjutnya, bantuan 15 ribu batang pohon eucalyptus dari PT. Indonesia Power sengaja kami tanam di wilayah desa Semangkung dan sekitarnya yang merupakan penyumbang terbesar sedimentasi di waduk Mrica.
Hadir pada kesempatan sosialisasi penghijauan tersebut Sekda Syamsudin S.Pd., M. Pd., Assisten I, Kepala Dinhutbun, Indonesia Power, Geodipa Energi, Camat dan perangkatnya, Desa dan perangkatnya, serta masyarakat Desa setempat.
Lebih lanjut Slamet menjelaskan tentang pentingnya menjaga sumberdaya energi itu yang berhubungan dengan upaya gerakan penghijauan di wilayah atas. Keberadaan pepohonan, lanjutnya, penting untuk menangkap air hujan. Semakin rindang pepohonan, semakin baik untuk tangkapan air. Serapan air ini penting untuk membakar magma yang ada di dalam tanah. “Bila air cukup maka memungkinkan proses pembakaran magma yang akan menghasilkan panas bumi” imbuhnya.
Meskipun kami tidak paham istilahnya, lanjut Slamet, kami menyadari sekarang ini sedang terjadi perubahan musim. Hal tersebut bisa dilihat dan dirasakan bersama bahwa sudah dua tahun ini hujan turun sepanjang tahun. Pada bulan Juli – Agustus biasanya merupakan musim kemarau, tetapi sampai sekarang hujan masih turun hampir tiap hari. Perubahan ini tentunya membawa konsekuensi sendiri bagi kaum tani. “Kami sadar inilah akibat dari adanya global warming” katanya.
Untuk mewujudkan visi kami itu, kata Slamet, kami didukung oleh mujahid-mujahid yang tinggal kawasan tinggi Dieng dan sekitarnya. Mereka para petani di wilayah Banjarnegara hingga Wonosobo yang dengan sukarela berjihad melawan kerusakan lingkungan dengan cara menanam dan merawat tanaman penghijauan. “Motto kami, jangan tinggalkan air mata, tapi tinggalkanlah mata air” katanya.
Sebagai wujud penghargaan atas perjuangan rekan-rekannya, di kesempatan tersebut Slamet Humas KPL, dengan lantang memanggil nama masing-masing ketua KPL Wijaya Kusuma di masing-masing desa dengan istilah Mujahid untuk berdiri. Nama-nama seperti Haryito dari KPL Wijaya Kusuma 1 Karangtengah, Ahmad dari KPL Wijaya Kusuma 2 Semangkung, Juz dari KPL Wijaya Kusuma 3 Kandangan, Sahil dari KPL Wijaya Kusuma Sorenan, Mitun dari KPL Wijaya Kusuma 5 Karangtengah dan Nur dari KPL Wijaya Kusuma 6 Pawuan pun kemudian dipanggil dan dimintanya untuk berdiri bergantian secara berurutan. “Sampai saat ini kami telah berhasil menghijaukan kawasan Dieng seluas kurang lebih 50 ribu hektar” katanya.
Perhitungan tersebut didasarkan pada jumlah pohon bantuan perusahaan yang telah ditanam. Bantuan berupa 20 ribu batang pohon bantuan Geodipa Energi, 15 ribu Indonesia Power, 6 ribu Rimba Partikel, 2.500 dari SMA N 1 Banjarnegara, dan 3000 batang pohon swadaya. Informasi yang telah masuk kepada kami ke depan akan ada bantuan bibit 385 ribu pohon kayu, 52 ribu pohon carica dan 13.800 pohon kopi. “Berapapun bantuan kami terima. Prinsipnya, kami siap tenaga dan pertanggungjawaban atas upaya gerakan penghijauan yang kami lakukan” katanya.
Syamsudin, S. Pd., M. Pd. Sekda Banjarnegara dalam pengarahannya mengingatkan bahwa isu kerusakan lingkungan di Dieng ini merupakan isu lama dan sudah menjadi isu internasional. Hingga siapapun sekarang ini berhak untuk ikut berpartisipasi dalam upaya pemberdayaan lingkungan di Dieng. Karena itu, Syamsudin mengajak warga masyarakat Dieng khususnya dan Banjarnegara pada umumya untuk berpartisipasi. “Kan lucu, kalau Dieng yang sebagian besar wilayahnya ada di Kabupaten Banjarnegara kok masyarakatnya malah hanya jadi penonton” katanya.
Kepada anggota KPL Wijaya Kusuma Ia juga mengingatkan bila upaya yang dirintis ini pada saatnya nanti akan menghasilkan tanaman kayu keras yang juga laku di pasaran. Karena itu, Ia berharap pemanfaatannya nanti dibolehkan tapi dengan perhitungan. “Bila akan menebang persiapkan tanaman penggantinya. Jangan sampai kita hijaukan Dieng, tapi kemudian kita gunduli lagi. Hijaunya Dieng harus terus kita jaga” katanya.
Lebih lanjut Ia menjelaskan, upaya gerakan penghijauan yang dirintis oleh masyarakat melalui KPL Wijaya Kusuma ini sekarang sudah mulai dipercaya oleh perbagai pihak dan secara formal oleh pemerintah kabupaten. Dukungan atas upaya ini dimulai dari gerakan yang melibatkan siswa-siswa sekolah hingga terkumpul 103 juta. “Rencananya ke depan upaya dukungan gerakan penghijauan ini akan melibatkan PNS, Perangkat Desa dan BUMD serta perusahaan” katanya. (BNC/eko)
Pohon, engkau memberi kehidupan
Pohon engkau penghijau dunia
Pohon, engkau rumah bagi kehidupan kami
Tapi, kenapa orang tega menebang
Yang memberikan kehidupan
Kenapa terjadi pohon?
Kenapa tidak terjadi pada benda yang lain
Oh, manusia janganlah menebang pohon secara liar
Karena akibatpun pada manusia itu sendiri
Wahai manusia cintailah pohon kita ini
Karena dengan mencintai pohon
Alam kita terjaga hingga akhir masa
Posted it to twitter. Greetings from the Speedy DNS
Bila angin
kehilangan desirnya
daun-daun kering
takkan mau
meluruhkan tubuhnya
Bila langit
kehilangan kebiruannya
burung-burung
takkan mau
mengepakkan sayapnya
Bila sungai
kehilangan kejernihannya
ikan-ikan
takkan mau
mengibaskan ekornya
Bila bulan
kehilangan sinarnya
malam-malam
akan gelap tanpa cahaya
Bila hutan
kehilangan pohon-pohon
hewan-hewan
kehilangan tempat tinggalnya
Bila bukit
kehilangan kehijauannya
sungai-sungai
akan kering selamanya
Bila petani
kehilangan sawah ladangnya
kanak-kanak
akan menitikkan air mata
Bila manusia
kehilang kemanusiaannya
alam semesta
akan tertimpa bencana
dan bertanya angin kering
“Perlukah memanusiakan manusia?”.